Another Abyss

Cry and Lie, don't forget to pray

Selasa, 10 November 2009

Hipnosis

Hipnotis, sebuah metode klasik, yang kini digunakan beberapa terapis untuk mengobati kejiwaan pasiennya. Dari pengobatan kecanduan rokok, sampai yang mengalami trauma psikologi. Metodologi yang bagaikan pisau bermata dua, karena kerap memunculkna stigma negatif akibat digunakan untuk kejahatan
Tapi , taukah anda, gelombang otak manusia mudah sekali dimanipulasi. Itulah yang dipakai beberapa media iklan untuk mempromosikan produknya, yang berdampak membuat orang ingin mencoba produk itu.
Otak manusia memancarkan 4 frekuensi untuk setiap kondisi.
- Gelombang Delta (0.1 – 4 Hz), dialami saat tidur nyenyak tanpa mimpi
- Gelombang Teta (4 – 8Hz) , saat meditasi atau tidur dgn mimpi
- Gelombang Alfa (8-12 Hz), kondisi kesadaran naik. Pikiran hanya bisa terpusat pada satu perhatian.
- Lebih dari 12 Hz, akan membawa pada kondisi Gelombang Beta. Memungkinkan ia mencurahkan pikiran ke banyak hal, meski dengan mata terbuka. Pada kondisi inilah, kita bisa membaca sambil mendengarkan musik, bahkan sambil ngemil sekalipun.
Gampangannya gini, pernahkah anda menonton film dan ketika menontonnya anda merasa ikut didalamnya, apa yang dirasakah oleh pemain di film itu, anda juga merasakannya. Anda bahkan sampai ikut menangis, tertawa ,berteriak, terkadang ikut meringis nyeri ketika menonton. Atau misal ketika anda mengerjakan suatu kegiatan atau pekerjaan hingga membuat anda terhanyut didalamnya sampai-sampai anda tidak bisa sadar dengan sekitar anda.
Selamat! Itu tandanya anda sudah pernah difase alam bawah sadar anda, atau lebih tepatnya pada kondisi gelombang alfa. Dan anda ternyata bisa merasakan apa yang dirasakan orang dibalik layar kaca tersebut meskipun tidak terjadi betulan pada anda.
Itulah sebagian contoh manipulasi gelombang otak.
Kondisi hipnosis seseorang dicapai saat otak berada pada kondisi gelombang alfa. Pada saat gelombang otak dalam keadaan alfa, seseorang akan sangat terbuka terhadap stimulus informasi baru dan perubahan. Otak layaknya spons yang menyerap apa pun di sekitarnya. Beberapa pakar teknologi pikiran menyebut fase itu sebagai pikiran “non-kritis”. Informasi diserap dan diintegrasikan tanpa pertanyaan. Pada fase ini, apa pun yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh seseorang akan langsung masuk dan mengendap di pikiran bawah sadar. Pada masa ini seseorang akan sangat sugestif terhadap apa pun.

0 komentar:

Posting Komentar

Hi! Please comment, so i can learn more.